Baru Mulai Usaha? Kenali Risiko Bisnis yang Paling Sering Menghantui Pengusaha Pemula
Memulai bisnis itu ibarat naik roller coaster – penuh semangat di awal, tapi bisa juga bikin deg-degan setengah mati.
Nggak sedikit pengusaha pemula yang harus menghadapi berbagai tantangan dan risiko yang bikin mental goyah dan usaha meredup.
Tapi jangan takut dulu! Justru dengan mengenali risiko sejak awal, kamu bisa lebih siap menghadapi dan mencari solusi yang bijak.
Nah, berikut ini adalah 7 jenis risiko bisnis yang sering menghantui para pemula – lengkap dengan contoh nyata dan cara mengatasinya. Yuk, simak baik-baik!
1. Risiko Keuangan – Modal Menipis, Arus Kas Seret
Ini risiko paling umum dan bikin stres di awal-awal usaha. Banyak pengusaha pemula yang tidak punya perencanaan keuangan matang, sehingga modal cepat habis sebelum bisnis menghasilkan.
Contoh Nyata:
Dina membuka kedai kopi kecil dengan modal tabungan, tapi tidak memperhitungkan biaya operasional harian. Baru 2 bulan jalan, uangnya sudah hampir habis karena pemasukan belum stabil.
Cara Menghadapinya:
- Buat proyeksi keuangan realistis (minimal 3–6 bulan ke depan)
- Pisahkan uang pribadi dan uang bisnis
- Siapkan dana darurat operasional
- Mulai dari skala kecil dulu sambil menguji pasar
2. Risiko Operasional – Produksi Berantakan, Sistem Kacau
Operasional yang tidak tertata bisa bikin bisnis cepat ambruk. Mulai dari stok barang yang nggak terkontrol, SOP tidak jelas, hingga kerja tim yang tumpang tindih.
Contoh Nyata:
Rian membuka usaha makanan beku. Karena belum punya sistem inventori, ia sering kehabisan bahan baku dan telat kirim ke pelanggan. Akhirnya, banyak pelanggan kecewa.
Cara Menghadapinya:
- Buat SOP sederhana untuk produksi, pelayanan, dan pengiriman
- Gunakan aplikasi manajemen stok gratis
- Pelajari dasar-dasar manajemen operasional
3. Risiko Pemasaran – Produk Bagus Tapi Gagal Menjangkau Pasar
Nggak cukup cuma punya produk bagus. Kalau strategi pemasaranmu salah sasaran, produkmu bisa nggak laku meskipun kualitasnya top.
Contoh Nyata:
Ayu membuat sabun organik dengan kemasan estetik. Tapi karena hanya promosi lewat akun pribadi tanpa target pasar, penjualannya minim padahal produk bagus.
Cara Menghadapinya:
- Kenali siapa target pasar kamu (umur, minat, gaya hidup)
- Manfaatkan media sosial secara konsisten
- Ikut bazar atau komunitas agar brand makin dikenal
- Pelajari digital marketing dasar (ads, SEO, konten)
4. Risiko Persaingan – Terjun ke Pasar yang Sudah Padat
Memasuki bisnis yang banyak pesaing memang menantang. Tanpa keunikan atau nilai lebih, kamu akan mudah tenggelam.
Contoh Nyata:
Erik ikut tren jualan rice bowl karena viral. Tapi dia cuma meniru konsep yang sudah ada tanpa pembeda, hasilnya bisnis stagnan karena tidak menonjol.
Cara Menghadapinya:
- Cari Unique Selling Proposition (USP) produkmu
- Fokus pada pelayanan terbaik atau niche pasar tertentu
- Jangan sekadar ikut tren, bangun brand yang autentik
5. Risiko Legalitas – Usaha Jalan Tapi Izin Belum Aman
Banyak pengusaha pemula yang mengabaikan aspek legalitas. Padahal ini bisa bikin bisnis rentan ditutup, sulit kerja sama, dan nggak bisa ikut program pemerintah.
Contoh Nyata:
Toko herbal milik Putri tidak memiliki izin edar dari BPOM. Saat ada razia, produknya disita dan ia kena denda.
Cara Menghadapinya:
- Urus legalitas dasar: NIB (Nomor Induk Berusaha), NPWP, dan izin produk
- Konsultasi dengan Dinas Koperasi atau OSS
- Untuk produk makanan/kosmetik, ajukan izin PIRT/BPOM
6. Risiko SDM – Salah Rekrut Orang, Kerja Tim Jadi Beban
Tim yang tidak kompeten atau tidak sevisi bisa jadi batu sandungan. Salah rekrut atau terlalu percaya pada orang yang salah bisa fatal untuk kelangsungan bisnis.
Contoh Nyata:
Tomi rekrut temannya sendiri untuk jadi kasir karena “udah kenal”. Ternyata temannya tidak disiplin dan sering lalai catat transaksi.
Cara Menghadapinya:
- Rekrut berdasarkan skill dan komitmen, bukan sekadar kenalan
- Lakukan pelatihan dasar dan briefing rutin
- Bangun komunikasi terbuka dan sistem kerja jelas
7. Risiko Mental – Stres, Overthinking, dan Gampang Menyerah
Ini yang sering diam-diam menghantui: risiko mental. Tekanan dalam menjalankan bisnis bisa memicu stres, minder, overthinking, bahkan burnout.
Banyak pengusaha baru menyerah bukan karena rugi, tapi karena nggak kuat mentalnya.
Contoh Nyata:
Laras baru jualan 2 minggu tapi belum ada pembeli. Ia langsung merasa gagal dan berhenti promosi. Padahal butuh waktu untuk membangun kepercayaan pelanggan.
Cara Menghadapinya:
- Sadari bahwa semua bisnis butuh proses dan waktu
- Ikut komunitas bisnis agar bisa saling support
- Jaga keseimbangan antara kerja dan istirahat
- Evaluasi secara rutin dan beri ruang untuk gagal (tapi belajar)
Memulai bisnis memang bukan perkara mudah, tapi bukan berarti mustahil. Dengan memahami berbagai risiko di atas, kamu jadi lebih siap secara mental dan strategi.
Risiko itu bukan untuk ditakuti, tapi untuk diantisipasi dan dihadapi dengan bijak.
Ingat, semua pengusaha besar juga pernah gagal dan jatuh bangun. Yang membedakan hanyalah mereka tetap bangkit dan belajar dari risiko yang mereka hadapi.