Investasi properti masih jadi salah satu pilihan favorit banyak orang untuk membangun kekayaan jangka panjang. Tapi buat pemula, investasi jenis ini bisa terasa mahal, rumit, dan penuh risiko, apalagi kalau salah langkah di awal.
Biar kamu nggak terjebak beli properti yang malah bikin pusing (bukannya cuan), yuk simak 9 strategi investasi properti yang dirancang khusus buat pemula. Cocok buat kamu yang masih belajar, bahkan kalau modalnya terbatas.
1. Mulai dari Mindset: Properti Itu Investasi Jangka Panjang
Sebelum beli rumah atau apartemen untuk disewakan, kamu harus paham dulu bahwa properti bukan investasi yang langsung bikin kaya dalam semalam.
Properti butuh:
- Waktu untuk naik harga
- Perawatan dan pengelolaan
- Strategi yang tepat agar menghasilkan cashflow
Tips: Jangan buru-buru beli hanya karena promo developer atau ikut-ikutan teman. Bangun mindset investasi jangka panjang dan sabar.
2. Pilih Lokasi yang Berkembang, Bukan Sekadar Ramai
Lokasi adalah kunci utama dalam investasi properti. Tapi, jangan cuma tergiur lokasi ramai. Yang penting adalah lokasi yang punya potensi tumbuh nilai (value) di masa depan.
Ciri-ciri lokasi berkembang:
- Dekat dengan proyek infrastruktur (jalan tol, MRT, bandara baru)
- Harga tanah masih wajar dan cenderung naik
- Mulai ada aktivitas ekonomi (sekolah, kantor, rumah sakit, pusat belanja)
Tips: Cek Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di daerah tersebut atau pantau berita pembangunan daerah.
3. Hitung ROI (Return on Investment) Sebelum Membeli
Jangan asal beli lalu bingung properti mau diapain. Selalu hitung potensi imbal hasil (ROI) sebelum memutuskan beli.
Rumus ROI Sederhana:
ROI (%) = (Pendapatan Tahunan – Biaya Tahunan) / Harga Properti x 100
Contoh:
- Harga beli: Rp500 juta
- Pendapatan sewa per tahun: Rp36 juta
- Biaya perawatan + pajak: Rp6 juta
ROI = (36-6)/500 x 100 = 6% per tahun
Target: Usahakan ROI minimal 5-8% per tahun untuk properti sewaan jangka panjang. Lebih tinggi? Lebih bagus!
4. Bandingkan Sewa Jangka Panjang vs Sewa Harian
Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Pilih yang sesuai lokasi dan gaya pengelolaan kamu.
| Kriteria | Sewa Jangka Panjang | Sewa Harian (Short Stay) |
|---|---|---|
| Target | Keluarga, pekerja | Wisatawan, traveler |
| Pendapatan | Stabil tapi lebih kecil | Tinggi tapi fluktuatif |
| Perawatan | Lebih minim | Harus rutin bersih-bersih |
| Lokasi ideal | Kawasan industri/kantor | Dekat tempat wisata/kota besar |
Tips: Jika kamu sibuk dan nggak mau ribet, sewa jangka panjang lebih aman. Kalau punya waktu kelola atau bisa pakai jasa manajemen, sewa harian bisa lebih cuan.
5. Mulai dari Properti Kecil atau Sekunder

Nggak harus langsung beli rumah besar atau apartemen baru. Banyak investor pemula sukses memulai dari:
- Rumah bekas di area strategis
- Kontrakan sederhana dekat kampus
- Unit kecil apartemen di tengah kota
Alasannya?
- Harga lebih terjangkau
- Cashflow lebih cepat
- Risiko lebih rendah
Tips:Fokus pada value for money, bukan gengsi. Properti kecil tapi disewa penuh lebih menguntungkan daripada properti mewah yang kosong terus.
6. Manfaatkan KPR untuk Leverage (Modal Kecil, Properti Besar)
Kalau modal terbatas, kamu bisa menggunakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebagai strategi leverage.
Contoh:
- Total harga properti: Rp600 juta
- DP 20%: Rp120 juta
- Sewa bulanan: Rp3 juta
- Cicilan KPR: Rp2,5 juta
Kamu untung Rp500 ribu per bulan (belum termasuk kenaikan nilai properti)
Catatan: Pastikan rasio sewa bisa menutupi cicilan bulanan + ada margin. Jangan sampai properti jadi beban!
7. Gunakan Platform Crowdfunding Properti
Nggak sanggup beli properti sendiri? Tenang, sekarang sudah ada crowdfunding properti, di mana kamu bisa mulai investasi dengan modal mulai Rp1 juta.
Beberapa platform populer (periksa legalitasnya terlebih dulu):
- LandX
- DanaProperti
- InvestProperti
Kelebihan:
- Modal kecil
- Diversifikasi properti
- Dikelola profesional
Tips: Jangan tergiur imbal hasil tinggi. Tetap cek prospek properti dan legalitas platform.
8. Perhatikan Biaya Tambahan dan Pajak
Banyak pemula hanya fokus ke harga beli, tapi lupa ada biaya lain yang bisa mempengaruhi keuntungan, seperti:
- Biaya notaris & balik nama
- Pajak pembelian (BPHTB)
- Pajak sewa (PPh final)
- Biaya renovasi atau perbaikan
- Asuransi properti
Solusi: Buat rincian biaya sejak awal dan hitung semua pengeluaran dalam simulasi ROI kamu. Jangan asal ambil properti karena “kelihatannya murah”.
9. Evaluasi Secara Berkala & Siapkan Exit Strategy
Properti juga perlu dievaluasi. Misalnya:
- Apakah masih layak disewakan?
- Apakah nilai pasarnya naik?
- Apakah biaya operasional makin tinggi?
Kadang, strategi terbaik adalah menjual properti dan ganti ke aset lain yang lebih produktif.
Exit strategy bisa berupa:
- Jual saat harga pasar tinggi
- Alih fungsi properti (dari rumah ke kos-kosan)
- Dijadikan agunan untuk beli properti kedua
Investasi properti bukan soal ikut tren atau beli karena “katanya bagus”. Kuncinya adalah:
- Pilih lokasi dengan prospek
- Hitung untung-rugi sebelum beli
- Gunakan leverage secara bijak
- Kelola properti dengan strategi yang sesuai
Dengan menerapkan 9 strategi di atas, kamu bisa mulai investasi properti dengan percaya diri, bahkan dari modal kecil.
Dan yang paling penting – kamu bisa hindari jebakan rugi yang sering dialami investor pemula.







